Craft JT

Seperti yang sudah aku ketik dalam artikel sebelumnya, keberadaan notch atau poni dalam smartphone Android keluaran terkini memang susah buat dihindari. Lha gimana lagi? Trennya seperti itu sob, meski buat sebagian orang dirasa mengganggu, smartphone yg ponian pula dipercaya lebih kekinian dan terkesan mahal bagi banyak orang (iya, kesannya saja, hape 1 jutaan sekarang sudah mulai poly yang berponi). Kalau untuk aku sih mau pake poni atau nir mari aja, not a big deal . Walau begitu, jika disuruh memilih aku pilih yang tanpa poni saja. Kok ambil Pocophone F1? Ya lantaran waktu ini belum terdapat varian Pocophone yg tanpa poni sob 😁 Memang apa masalahnya pakai hape yg berponi? Berhubung "poni" adalah hal yang baru di dunia perponselan Android, maka belum banyak pelaksanaan serta game yg mampu mengadaptasi eksistensi poni di layar Android. Umumnya, antarmuka aplikasi/game (yg berjalan fullscreen secara default ) tersebut akan terpotong sang si poni, sehingga bisa memengar

Apa itu Fortnite? Boleh dibilang Fortnite adalah keliru satu game yang mirip PUBG dari segi aliran (sama-sama "battle royale") dengan tambahan mekanisme menciptakan "bangunan" (benteng pertahanan). Awalnya Fortnite hanya mampu dimainkan di Windows sob, tetapi sesudah menerima sambutan yang meriah dari para gamer, pihak Epic Games (selaku pengembangnya) akhirnya memperluas ketersediaan Fortnite pada aneka macam platform terkenal. Iya, selain Windows, Fortnite sekarang jua bisa dimainkan di macOS, Playstation 4, Xbox One, Nintendo Switch, iOS, dan tentu saja Android. Sayangnya, Epic Games tetapkan buat nir merilis Fortnite lewat Google Play Store lantaran ogah terkena potongan pendapatan. Potongan bagaimana? Begini sob, pendapatan yang diperoleh suatu game (lewat in-app purchases ) akan dipotong 30% apabila didistribusikan lewat Google Play Store. Nah, buat menghindari potongan tersebut, untuk ketika ini Fortnite untuk Android hanya bisa diunduh lewat situs resmin

Mengikuti tren layar penuh, tombol navigasi yang menyatu dengan layar sekarang telah mulai umum kita temui di ponsel-ponsel Android keluaran terkini, tidak terkecuali Pocophone F1. Meski navigasi gesture ala iPhone X juga sudah hadir di MIUI for Poco, tombol navigasi on screen permanen dipertahankan sebagai pilihan default atau bawaan. Untuk pengguna yang telah terbiasa menggunakan hape Xiaomi, Oppo, Vivo, atau pun Samsung, bernavigasi menggunakan Pocophone F1 cita rasanya nir ada masalah, lantaran urutan tombol navigasinya sanggup dikatakan serupa walau tidak sama bentuknya. Iya, urutan tombol navigasi ponsel-ponsel yg disebut tersebut umumnya dimulai berdasarkan tombol recent/menu di sebelah kiri, lalu tombol home, serta ditutup oleh tombol back di posisi paling kanan. Masalahnya, buat pengguna yang sebelumnya akrab dengan Android murni atau yang mendekati (seperti ponsel Android One, Nexus, Pixel, atau Nokia), kemungkinan akan memerlukan sedikit penyesuaian saat mengoperasikan Poc

Pocophone F1 adalah ponsel menurut Xiaomi yg mencoba membuat anomali pada dunia perponselan. Bagaimana tidak, menggunakan harga yg miring, Pocophone menawarkan performa yang sekelas dengan ponsel flagship . Begini, bila umumnya ponsel flagship macam Galaxy seri S atau Note dihargai sekitar 10 juta rupiah, Pocophone F1 hanya dilepas dengan harga setengahnya sob. Bagaimana sanggup begitu? Sederhananya, Pocophone memangkas fitur-fitur yg (dirasa) tidak krusial untuk memaksimalkan satu hal yg dirasa paling krusial, yaitu performa. Iya, Pocophone F1 sejatinya bukanlah ponsel flagship, jadi jangan mengharapkan body aluminium, kaca, atau pun keramik. Walau demikian, dibalik body-nya yang hanya terbuat dari polycarbonate (bisa disebut plastik), terdapat prosesor Snapdragon 845 dan GPU Adreno 630, yang mana banyak dipakai ponsel flagship yang beredar saat ini. Nah, itulah kenapa Pocophone F1 disebut memiliki performa sekelas ponsel flagship sob. Bagaimana menggunakan OS-nya? Karena merup

Apa itu notch? Cekungan? Benar sob. Notch secara leksikal mampu diartikan menjadi cekukan atau cekungan. Dalam konteks perponselan, notch lebih acapkali dimaknai sebagai poni. Kehadiran notch mulai dikenal ketika Essential Phone dirilis dan sebagai populer waktu Apple menghadirkan iPhone X. Tidak mampu dipungkiri, desain iPhone X pun sebagai kiblat bagi sebagian besar smartphone yg dirilis setelahnya, termasuk notch-nya. Ramai-ramai penghasil ponsel pintar mulai mengadaptasi desain notch dalam produk andalan mereka. Kenapa mampu begitu? Tentu saja karena permintaan pasar sob. Iya, nir seluruh pengguna smartphone menyukai notch, bahkan ada yg berusaha menghindari pembelian tipe smartphone yg memperlihatkan poni di layarnya. Walaupun sudah terlanjur terbeli, mereka permanen ingin menghilangkan notch menggunakan banyak sekali cara. Memangnya notch bisa dihilangkan? Lebih tepatnya disembunyikan sob. Dalam masalah ini, kita mengambil Pocophone F1 menjadi contohnya. Melalui pengaturan F